Quantcast
Channel: BINUS UNIVERSITY MALANG | Pilihan Universitas Terbaik di Malang
Viewing all 286 articles
Browse latest View live

Haruskah melakukan outsource Cloud Integration?

$
0
0

Haruskah melakukan outsource Cloud Integration?

Penelitian terbaru menunjukkan integrasi cloud terus menjadi masalah besar bagi perusahaan. Tapi seperti semua tantangan, integrasi cloud dapat dilihat sebagai masalah atau peluang. Masalah potensial: Cloud memungkinkan untuk membangun semakin banyak ruang. Peluang: menurut David Linthicum peluang cloud adalah untuk memikirkan kembali integrasi dan membuat strategi integrasi baru yang lebih fungsional. Menurut David Linthicum, Integrasi yang dilakukan saat ini lebih hemat biaya daripada pada masa-masa sebelumnya. Selain itu ROI yang dihasilkan lebih cepat. Adanya standar membuat integrasi lebih mudah, dan solusi yang pernah akan menelan biaya $ 1 juta sekarang ditemukan untuk sebagian kecil dari itu. Hal tersebut bukan berarti harus mengabaikan uji tuntas tentang integrasi di Cloud. Mark White dan Bill dari Deloitte Consulting Briggs dalam laporan 2012 tentang trend teknologi, telah mengingatkan: tanpa rencana, kebutuhan integrasi dapat dengan cepat mengurangi proposisi nilai dari solusi Cloud yang disebut “IT-free” CIO.com menulis tentang tantangan ini, dan termasuk menceritakan ini kutipan dari laporan: Sebagai pemimpin bisnis yang lebih fungsional yang mandiri berlangganan cloud di luar jebakan TI tradisional, inti dari proses bisnis dapat tidak menentu dengan beberapa pemain cloud yang organisasi itu sendiri harus mengintegrasikan dan mengaturnya. Akibatnya, banyak dari nilai bebas IT bisa menghilang di perusahaan. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang baik. Salah satu opsi yang pada artikel ini adalah ide pembongkaran integrasi ke pihak ketiga, alias broker layanan cloud. Mohawk, produsen kertas premium terbesar di Amerika Utara, melihat opsi untuk mengintegrasikan Cloud, termasuk platform Integration Platform as a services (iPaaS) dan peralatan integrasi, tetapi pada akhirnya, perusahaan memutuskan tidak ingin berada dalam bisnis integrasi. Pada akhir integrasi cloud diserahkan ke Liaison, yang merupakan agregator dan orkestrator layanan cloud, untuk mengelola integrasi cloud dan di site. Liaison mengambil beban integrasi dari TI enam orang staf, sementara masih memungkinkan Mohawk untuk mengintegrasikan supply chain dengan 300 customer, 100 supplier dan mitra e-commerce. Broker layanan cloud juga memediasi penyedia layanan cloud pihak ketiga Mohawk. Dengan mengesampingkan masalah taktis, permasalahan teknis memungkinkan Mohawk untuk fokus pada penambahan layanan eksternal baru ke aplikasinya, seperti ketika menambahkan konversi mata uang asing. Bagaimana cara mengetahui cara ini akan berhasil?CIO.com menawarkan beberapa pedoman bagaimana menggunakan Broker Cloud untuk fungsi apa pun, bukan hanya integrasi – tetapi sebagian besar. Briggs dan White menyarankan pertimbangkan broker cloud dari kelima ini faktor dibawah ini:1.  Harga yang terjangkau2.  Akses jaringan yang mudah dari perangkat apapun3.  Pengelompokkan sumber daya  dan tempat yang terpisah4.  Koneksi user secara langsung ke cloud5.  Mampu mengakomodir perubahan kebutuhan  Memilih Provider Integrasi Cloud Jika ingin menggunakan provider integrasi Cloud terdapat beberapa pilihan dalam implementasi integrasi Cloud. Rebecca Wettemann, wakil presiden di Nucleus Research, sebuah perusahaan riset dan penasehat, mengatakan kepada TechTarget bahwa 80 persen dari integrasi cloud dapat ditangani dengan “outof-the box integration” . Bahkan ada opsi untuk mengintegrasikan data yang tidak terstruktur, seperti video, gambar, XML dan data geospasial. Ada tiga pendekatan dasar untuk mengintegrasikan SaaS:·         Connector, atau “prepacked” integration, adalah salah satunya cara termudah untuk melakukan integrasi. “Prepacked” integration dapat dijalankan pada internal perusahaan dan di Cloud. Ketika dijalankan di Cloud, di server pihak ketiga, itu disebut Cloud Integration, atau, secara umum, disebut integration as a service.·         Custome Code, yang merupakan jumlah yang provider dan organisasi SaaS lakukan yang memberikan layanan cloud integration.·         Embedded Integration yang dikembangkan dengan iPaaS. Masalahnya adalah bukan bagaimana menyelesaikan permasalahan pada integrasi, tetapi lebih tepatnya bagaimana menemukan solusi yang tepat.  Loraine Lawson menjelaskan dalam beberapa point terkait dengan menggunakan provider dalam Cloud Integration : 1.   Diskusikan integrasi sebelum membuat kesepakatan dengan provider SaaS. SaaS dan provider cloud sangat menyadari bahwa integrasi adalah penghalang utama bagi perusahaan dan sebaiknya perusahaan memahami pilihan-pilihan yang dapat diterapkan dalam proses integrasi yang diinginkan. Baru baru ini Survei Mulesoft / THINKstrategies menemukan bahwa satu dari dua perusahaan SaaS mengklaim lebih dari 50 persen dari customer mereka memerlukan beberapa bentuk integrasi. Jika provider menyarankan untuk melakukan custome code untuk integrasi point-to-point, hal tersebut hanya akan akan menghabiskan waktu dan biaya. Tanyakan siapa yang akan maintain integrasi tersebut, SLA apa yang ditawarkan oleh provider integrasi, berapa biayanya, dan lama waktunya. 2.   Sebelum menerapkan custome code, diskusikan dengan provider integrasi. Saat ini, kebanyakan middleware dan vendor integrasi menawarkan solusi integrasi SaaS. 3.   Masih belum ada solusi? Cek ke marketplace. Beberapa vendor integrasi, termasuk SnapLogic, Informatica, Pervasive Software dan Jitterbit support community atau toko yang menyediakan, dapat menjual custom integrasinya. Pengembang dapat menetapkan harga untuk custom integrasi tersebut, yang dapat memungkinkan pelanggan untuk membeli. Intinya: jika ingin mencoba untuk mengintegrasikan custom-built application atau format data, ada kemungkinan solusi tersebut telah dibuat dan dijual sehingga perusahaan dapat memanfaatkannya. 4.   Integrasi menggunakan Salesforce.com. Menurut Loraine Lawson, Salesforce.com adalah model untuk integrasi dalam industri SaaS. Tidak ada yang dapat mengalahkan Salesforce dalam hal mendokumentasikan integrasi. Salesforce menawarkan lima dukungan integrasi: penghubung untuk 75 solusi integrasi; custome code; App Exchange, yang menawarkan integrasi untuk lebih dari 800 aplikasi dan komponen; penghubung untuk ERP dan alat produktivitas desktop; dan toolkit layanan cloud untuk Amazon, Google App Engine dan Facebook. Jika itu tidak cukup, hampir semua orang di bisnis integrasi cloud menawarkan konektor ke Salesforce.  Yang dipublikasikan dan dipromosikan secara luas opsi untuk mengintegrasikan Salesforce ternyata tidak cukup, Force.com baru-baru ini meluncurkan Cookbook beta best practice dan code sample, dengan 33 layanan Web API dan toolkit untuk integrasi, plus bantuan untuk database.

 


Semua Hal Tentang Cloud Integration

$
0
0

Semua Hal Tentang Cloud Integration

Hollis Tibbetts adalah seorang yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang middleware dan integrasi. Dia bekerja untuk sejumlah perusahaan integrasi, yang sebagian besar telah diakuisisi dengan nama-nama besar seperti Software AG, Oracle dan SAP. Solusi integrasi Cloud-based dapat membingungkan. Di serangkaian artikel terbaru, Tibbetts membawa Gartner ke tugas untuk mengumpulkan hal tersebut dalam laporan terbaru tentang solusi iPaaS. Masalahnya adalah bahwa Gartner mendefinisikan suatu pasar yang muncul dari solusi yang, sejujurnya, belum ada. Dalam upaya menyederhanakan integrasi Cloud-based, Tibbetts menjelaskan bahwa: Integrasi Cloud-based adalah perangkat lunak dapat dijalankan “as a service” di cloud. Cloud-based as a service bersifat langganan atau membayar saat digunakan. Yang didapatkan dari Cloud-based as a service adalah konektor untuk aplikasi, sumber data atau file data. Integrasi Cloud-based, memiliki empat pilihan: 1.  Integrasi aplikasi. Tibbets menjelaskan bahwa opsi ini bagus untuk transaksi kecil yang mendekati real-time. “Integrasi ini berorientasi pada bisnis proses yang berjalan, misalnya, ketika seorang pelanggan memesan suatu produk, hal tersebut memicu platform integrasi untuk melakukan sesuatu – misalnya, kirimkan biaya kartu kredit ke sistem pembayaran. ” contohnya adalah ION MuleSoft.2.  Integrasi data. Seperti halnya sistem on-premise, Integrasi data biasanya dilakukan dalam batch, yaitu memindahkan data antar sistem sesuai jadwal, apakah setiap beberapa menit atau sebulan sekali. Tibbets menjelaskan juga, pada saat melakukan integrasi data juga dapat melakukan aktivitas lainnya pada data tersebut. Dan semua ini tentang memindahkan data dalam jumlah besar. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk memastikan Data Salesforce dibagikan ke aplikasi lain, baik di tempat atau di Cloud. Ini adalah kategori di mana sebagian besar penawaran integrasi Cloud-based jatuh, termasuk Dell-Boomi, IBM’s WebSphere Cast Iron dan Informatica.3.  Integrasi data gabungan – enterprise integration information. Enterprise Integration Information menarik informasi untuk dasbor pada level manajemen sehingga data terbaru dapat ditampilkan, tetapi jangan menggunakannya untuk menjalankan history data yang besar dari berbagai database. Tibbets menjelaskan hal ini disebut virtualisasi data. Misalnya, Composite Software dulu dikenal sebagai EII Solution, tetapi sekarang lebih dikenal dibidang virtualisasi dan federasi data solusi yang juga menawarkan integrasi Cloud.4.  Managed File Transfer. Menggunakan managed file transfer adalah hal yang tepat saat memiliki file yang ingin di manage, monitor, track dan transfer ke tempat lain. Hal ini merupakan evolusi di luar FTP (protokol transfer file). Di sinilah biasanya vendor integrasi B2B cocok. Vendor termasuk Hubspan, Ipswitch, TIBCO dan IBM Sterling.

Keempat hal tersebut merupakan pilihan, pilih yang cocok dengan kebutuhan. Vendor cenderung memberikan solusi hari ini, menggambarkannya dengan cara membuat customer bingung dan takjub. Hati-hati jika solusi yang dijanjikan lebih banyak dari yang diberikan. Fokus pada kebutuhan karena walaupun cloud mungkin baru, tapi integrasi adalah bukan hal yang baru.

Dengan Cloud dan Segala Keterbukaannya

$
0
0

Dengan Cloud dan Segala Keterbukaannya

Saat ini perubahan besar sedang terjadi begitu juga dengan peluang yang besar. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya Cloud dan infrastruktur yang harus disiapkan oleh perusahaan.

Logikanya adalah : saat ini perusahaan memindahkan data dan aplikasi dari infrastruktur yang eksklusif menjadi infrastruktur yang mudah diakses merupakan satu-satunya cara untuk memastikan kompabilitas dengan sistem dan arsitektur yang mereka hadapi. Memang, perusahaan selalu bisa bilang bahwa data mereka sesuai dengan platform yang diberikan, tetapi itu akan sangat menghambat fleksibilitas yang seharusnya dimiliki oleh Cloud.

Ini merupakan hal yang baik bagi komunitas Linux, yang secara aktif terlibat dalam pengembangan cloud. Platform Red Hat Enterprise Virtualization 3.0 dikatakan oleh beberapa orang akan menggeser fitur hypervisor KVM hingga VMware dan Microsoft. Sistem manajemen RedHat dapat berjalan sebagai aplikasi Java di bawah Platform Aplikasi JBoss Enterprise, di mana saja dengan fitur, seperti peningkatan penyediaan sendiri, dukungan penyimpanan lokal dan RESTful Web yang terintegrasi API. RedHat sudah menerima dukungan dari vendor terkemuka seperti Intel, HP dan Cisco. Sementara itu, alternatif open source bermunculan di tempat lain pada cloud; bahkan sistem operasinya. Piston Cloud Computing menawarkan OS cloud pertama yang berbasis pada platform OpenStack. Distribusi Piston Enterprise OS (pentOS) berbasis Linux menggunakan arsitektur Null-Tier untuk menggabungkan komputasi, penyimpanan, dan jaringan pada tingkat node, memberikan skalabilitas yang lebih besar dengan biaya lebih rendah daripada solusi yang lain. Sistem ini dapat digunakan dalam 10 menit dan dapat mengakses semua hal yang kompatibel dengan OpenStack, seperti yang dari RackSpace, Dell dan Amazon.

Cloud, tentu saja, adalah semua tentang layanan, jadi itu akan membantu jika perusahaan memiliki platform yang terbuka untuk mengintegrasikan arsitektur yang sudah ada dengan yang ada di Cloud. Hal tersebut merupakan tujuan The Open Group: arsitektur referensi SOA terbaru dan Service-Oriented Cloud Computing Infrastructure Network(SOCCI). Tujuannya adalah untuk mendukung bahasa pemrograman yang umum digunakan agar tidak terjadi kesenjangan di dalam Cloud. Melalui terminologi bersama, layanan harus dapat beroperasi tanpa harus melakukan recode dan memetakan arsitektur individu.

Karena cloud bergantung pada infrastruktur jaringan untuk lingkungan data yang dinamis, dengan keterbukaan sehingga dapat lebih terjamin. Big Swich Network baru-baru ini mengeluarkan OpenFlow Controller versi open source sebagai bagian dari Software-Defined Networking(SDN). Floodlight, sistem memonitor dan memelihara data kontrol dari OpenFlow-compatible dari berbasis server. Hal ini memungkinkan sentralisasi manajemen yang lebih besar dan distribusi jaringan  yang lebih efisien. Sistem tersedia pada lisensi Apache 2.0 bersama dengan Hadoop dan OpenStack.

Para pendukung open source mengatakan bahwa tidak hanya platform terkini yang  fleksibel dan sarat fitur daripada platform sebelumnya, tetapi mereka juga menyediakan banyak keandalan dan dukungan yang lebih besar. Internet, sebagian besar didasarkan pada teknologi open source. Jika suatu perusahaan ingin bermain di bidang itu, harus disesuaikan dengan wilayah orang lain.

Dengan Cloud dan Segala Keterbukaannya

$
0
0

Dengan Cloud dan Segala Keterbukaannya

Saat ini perubahan besar sedang terjadi begitu juga dengan peluang yang besar. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya Cloud dan infrastruktur yang harus disiapkan oleh perusahaan.

Logikanya adalah : saat ini perusahaan memindahkan data dan aplikasi dari infrastruktur yang eksklusif menjadi infrastruktur yang mudah diakses merupakan satu-satunya cara untuk memastikan kompabilitas dengan sistem dan arsitektur yang mereka hadapi. Memang, perusahaan selalu bisa bilang bahwa data mereka sesuai dengan platform yang diberikan, tetapi itu akan sangat menghambat fleksibilitas yang seharusnya dimiliki oleh Cloud.

Ini merupakan hal yang baik bagi komunitas Linux, yang secara aktif terlibat dalam pengembangan cloud. Platform Red Hat Enterprise Virtualization 3.0 dikatakan oleh beberapa orang akan menggeser fitur hypervisor KVM hingga VMware dan Microsoft. Sistem manajemen RedHat dapat berjalan sebagai aplikasi Java di bawah Platform Aplikasi JBoss Enterprise, di mana saja dengan fitur, seperti peningkatan penyediaan sendiri, dukungan penyimpanan lokal dan RESTful Web yang terintegrasi API. RedHat sudah menerima dukungan dari vendor terkemuka seperti Intel, HP dan Cisco. Sementara itu, alternatif open source bermunculan di tempat lain pada cloud; bahkan sistem operasinya. Piston Cloud Computing menawarkan OS cloud pertama yang berbasis pada platform OpenStack. Distribusi Piston Enterprise OS (pentOS) berbasis Linux menggunakan arsitektur Null-Tier untuk menggabungkan komputasi, penyimpanan, dan jaringan pada tingkat node, memberikan skalabilitas yang lebih besar dengan biaya lebih rendah daripada solusi yang lain. Sistem ini dapat digunakan dalam 10 menit dan dapat mengakses semua hal yang kompatibel dengan OpenStack, seperti yang dari RackSpace, Dell dan Amazon.

Cloud, tentu saja, adalah semua tentang layanan, jadi itu akan membantu jika perusahaan memiliki platform yang terbuka untuk mengintegrasikan arsitektur yang sudah ada dengan yang ada di Cloud. Hal tersebut merupakan tujuan The Open Group: arsitektur referensi SOA terbaru dan Service-Oriented Cloud Computing Infrastructure Network(SOCCI). Tujuannya adalah untuk mendukung bahasa pemrograman yang umum digunakan agar tidak terjadi kesenjangan di dalam Cloud. Melalui terminologi bersama, layanan harus dapat beroperasi tanpa harus melakukan recode dan memetakan arsitektur individu.

Karena cloud bergantung pada infrastruktur jaringan untuk lingkungan data yang dinamis, dengan keterbukaan sehingga dapat lebih terjamin. Big Swich Network baru-baru ini mengeluarkan OpenFlow Controller versi open source sebagai bagian dari Software-Defined Networking(SDN). Floodlight, sistem memonitor dan memelihara data kontrol dari OpenFlow-compatible dari berbasis server. Hal ini memungkinkan sentralisasi manajemen yang lebih besar dan distribusi jaringan  yang lebih efisien. Sistem tersedia pada lisensi Apache 2.0 bersama dengan Hadoop dan OpenStack.

Para pendukung open source mengatakan bahwa tidak hanya platform terkini yang  fleksibel dan sarat fitur daripada platform sebelumnya, tetapi mereka juga menyediakan banyak keandalan dan dukungan yang lebih besar. Internet, sebagian besar didasarkan pada teknologi open source. Jika suatu perusahaan ingin bermain di bidang itu, harus disesuaikan dengan wilayah orang lain.

Eksternalisasi dari tacit knowledge dalam sistem managemen pengetahuan menggunakan chatbots

$
0
0

Eksternalisasi dari tacit knowledge dalam sistem managemen pengetahuan menggunakan chatbots

Aset yang paling berharga di era informasi saat ini adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan salah satu aset intelektual yang mumpuni karena unik dan khas. Persaingan secara kompetitif saat ini membuat setiap perusahaan berlomba-lomba untuk memiliki sistem yang dapat menyimpan dan mengelola pengetahuan. Setiap kinerja organisasi dapat dinilai oleh aset intelektual yang mereka miliki. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) Terdapat dua jenis pengetahuan (aset intelektual) yaitu explisit knowledge dan tacit knowledge. Explisit knowledge yaitu pengetahuan yang sudah dikumpulkan serta diterjemahkan ke dalam suatu bentuk dokumentasi (tertulis) sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain, contohnya yaitu buku, atrikel ilmiah dan sebagainya sedangkan tacit knowledge adalah pengetahuan yang terdapat di dalam pikiran seseorang sesuai dengan pemahaman dan pengalaman orang itu sendiri, sehingga inilah yang membuat pengetahuan jenis ini unik dan khas.

Jenis tacit knowledge merupakan pengetahuan yang paling penting dan kritis serta sulit untuk diartikulasikan. Nilai lebih untuk sebuah organisasi pun dapat dilihat dari jenis pengetahuan ini dalam suatu sistem managemen pengetahuan dalam perusahaan tersebut. Terdapat beberapa metode untuk menyimpan tacit knowledge ini dari para ahli seperti metode formal dan informal, representasi struktural, model matematika.

Eksternalisasi merupakan konversi bentuk pengetahuan tacit ke explicit
melalui pendokumentasian sehingga pengetahuan yang semula berada sebagai
suatu pemikiran, ide, gagasan, pengalaman dapat diwujudkan dalam bentuk
dokumen. Tacit knowledge yang sudah tersimpan dalam suatu sistem manajemen pengetahuan akan bekerja dengan maksimal jika dilakukan metode pencarian yang cerdas. Teknik pencarian cerdas ini digunakan untuk mengambil informasi yang benar. Salah satu konsep yang disarankan untuk berbagi pengetahuan adalah dengan menggunakan sistem manajemen queri. Seorang pakar dapat membagikan pengetahuannya hanya di satu tempat, sedangkan dengan sistem manajemen pengetahuan, seorang pakar pengetahuan dapat hadir secara virtual dimana saja. Untuk memfasilitasi hal ini, chatbot dapat digunakan. Chatbot tidak memiliki batasan berapa banyak queri yang dapat diterima, karena chatbot memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan banyak pengguna dari satu lokasi. Penggunaan chatbots akan membuat berbagi pengetahuan lebih efektif dan efisien.

Ada apa dengan Knowledge Capture

$
0
0

Ada apa dengan Knowledge Capture

Dalam era banjir informasi dan teknologi yang sangat pesat saat ini, pengetahuan merupakan salah satu aset yang mulai dilirik perusahaan untuk dikembangkan. Kenapa? Karena dengan aset yang satu ini, perusahaan jaman sekarang dapat meningkat competitive advantages. Aset intelektual ini selain memberikan keuntungan tapi juga memiliki tantangan nyata untuk dapat membudidayakannya. Contoh aset intelektual yang memerlukan effort untuk didokumentasikan yaitu pengetahuan yang ada dalam setiap individu, yang ada dalam pikiran setiap individu atau yang biasa disebut dengan tacit knowledge.

Kenapa aset yang satu ini perlu didokumentasikan? Hal ini penting, mengingat tacit knowledge ini akan hilang jika tak didokumentasikan, misalnya seorang staf atau karyawan tersebut dimutasi ke daerah atau divisi lain atau pensiun. Hal ini otomatis akan membuat pengetahuan yang dimiliki orang tersebut akan hilang dari perusahaan tersebut. Nah salah satu caranya yaitu dengan mendokumentasikannya, agar pengetahuan yang ada dalm individu tersebut tetap ada walaupun individu tersebut sudah berpindah dari perusahaan ataupun divisi. Untuk contoh perusahaan ternama yang mendapatkan awards untuk penerapan knowledge management (KM)terbaik Se-ASEAN pada tahun 2018 seperti misalnya Bank Cimb Niaga dll (seperti yang dilansir oleh theacmf.org). Bank Cimb Niaga juga mendapat awards sebelumnya sebagai perusahaan pertama yang menerapkan KM terbaik di Indonesia.

Cara mendokumentasikan tacit knowledge dapat kita kenal dengan istilah knowledge capture. Knowledge capture adalah berbagai teknik yang digunakan untuk memperoleh aspek pengetahuan teknis individu sehingga wawasan, pengalaman, jaringan sosial dan pembelajaran dapat dibagi untuk mengurangi hilangnya pengetahuan organisasi.

Macam-macam cara yang dapat kita lakukan dalam knowledge capture adalah Interview, On-Site Observation, Brainstorming, Concensus Decision Making, Nominal Group Technique, Delphi Method, Repertory Grid, Concept Mapping, dan Blackboarding (Yolandhamarsha, 2000). Dalam melakukan cara-cara diatas, kita juga dapat menggunakan cara mix method. Mix method ini merupakan penggunakan lebih dari satu cara dalam knowledge capture untuk memaksimalkan pengetahuan yang didapat, misalnya dengan kita akan menggunakan cara intervew, on-site observation dan delphi method.

Bergerak Untuk Pancasila!

$
0
0

Menerima Pancasila sebagai acuan dasar hidup bangsa dan negara Indonesia, tidak cukup hanya dengan ucapan, “Ya, saya mengakui Pancasila”. Dalam ranah pendidikan, Pancasila semestinya juga tidak mencukupi hanya di ranah teoritis. Memang di ruang kelas, guru menyampaikan pelbagai wawasan seputar Pancasila. Hal tersebut tentu saja penting sebagai peletak dasar pengertian siswa tentang kekayaan, kedalaman dan relevansi Pancasila. Meski demikian, itu semua baru di kawasan teori. Menghayati Pancasila mesti dilalui dengan proses keselarasan antara aktivitas membangun pengertian dan tindakan.

Keselarasan teori dan aksi itulah yang mendasari pendidikan Pancasila di perguruan tinggi Bina Nusantara (Binus). Di Binus, Pancasila tidak berhenti pada pengajaran di kelas, melainkan lebih dari itu keluhuran Pancasila mesti dibawa keluar kepada masyarakat. Mahasiswa Binus mengemban kewajiban untuk membumikan ajaran Pancasila di tengah masyarakat melalui sebuah kegiatan sosial (social project). Mahasiswa merancang sebuah aktivitas secara berkelompok secara kreatif yang didasari oleh salah satu sila Pancasila. Di dalamnya selain melakukan kegiatan pelayanan kepada suatu komunitas tertentu, mahasiswa mesti menyampaikan kepada anggota komunitas bahwa aktivitas yang mereka lakukan adalah wujud mengkongkretkan keluhuran Pancasila.
Ada empat kelompok mahasiswa Binus yang telah melakukan social project dengan baik. Kelompok mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang diketuai oleh Erika Mulyadi, mengambil tema “Menanamkan Pendidikan Karakter dan Nilai-nilai Kebangsaan dengan Mendongeng” kepada lima puluh anak kampung Jodipan, Malang. Melalui kegiatan yang berlandaskan sila kedua dan ketiga Pancasila, mereka hendak menyampaikan pesan persaudaraan dan persatuan bangsa. Kedua pesan itu terungkap ke dalam kisah-kisah dongeng hewan (fabel) dengan menggunakan alat peraga berupa wayang hewan. Dalam penyampaian kisah, mereka turut mengenakan pakaian adat Indonesia dari Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, serta dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.

Sementara itu, salah satu kelompok mahasiswa dari program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) yang diketuai Tania Angelica, menyuarakan pesan sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dengan tidak melakukan perundungan kepada teman-teman sekolah. Kegiatan ini berlangsung di komunitas kampung Jl. Memberano, Malang yang diikuti sekitar 15 anak Sekolah Dasar (SD). Penyampaian pesan ini dilakukan dengan mewarnai sebuah gambar yang mengilustrasikan sebuah kondisi untuk menolak bersikap bullying. Dalam gambar tersebut ada sekelompok anak bermain di taman bermain, lalu salah seorang anak jatuh. Teman-teman lainnya menertawakan dan menunjuk teman yang jatuh tersebut. Di dalam gambar tersebut tersiar pesan untuk No Bullying, It’s not a good thing.
Kelompok mahasiswa DKV lainnya Alvian Pambagio dan kawan-kawan, memilih komunitas Prasbhara, yaitu sebuah komunitas anak-anak Pramuka yang dibina oleh Polsek Blimbing. Sekitar 100 pelajar SMA yang tergabung di dalamnya menerima materi pentingnya penanggulangan bencana alam di sekitar wilayah Blimbing yang rawan terkena bencana banjir dan longsor. Alvian menerangkan bahwa penanggulangan bencana oleh warga setempat adalah tindakan preventif yang sudah harus menjadi kebiasaan warga, yang di dalamnya turut membangun kerjasama dan persatuan antar warga. Kegiatan Alvian ini didasari oleh sila Persatuan Indonesia.

Lalu kelompok Hafizh menyuarakan pesan toleransi sebagai sikap dasar yang sangat diperlukan di negeri semajemuk seperti Indonesia ini. Mereka menyampaikan pesan ini dengan cara mewarnai gambar yang telah mereka sediakan sebelumnya kepada satu kelas Taman Kanak-Kanak Akademika di Sawojajar, Malang. Tentu saja, pentingnya untuk bersikap toleransi adalah perwujudan sila pertama hingga ketiga Pancasila.
Empat kegiatan sosial berlandaskan nilai-nilai Pancasila yang telah dilakukan para mahasiswa Binus Malang adalah sebuah upaya untuk melestarikan Pancasila. Bagi para mahasiswa sendiri tentu ini menjadi aktivitas yang mengasah kemampuan sosial mereka dan tentu bagian dari usaha menginternalisasikan ajaran luhur Pancasila pada diri mereka sebagai modal warga bangsa Indonesia. Semuanya bergerak untuk Pancasila! [***]

Bertemu dan Berbagi kepada Masyarakat

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Apa artinya menjadi warga negara yang baik? Pertanyaan itu seringkali diajukan untuk mengingatkan apa yang sudah kita berikan kepada negeri ini. Kita lahir, hidup, berlindung dan memperoleh manfaat dari semua yang terkandung dari bumi Nusantara. Adalah kewajiban bagi kita tanpa terkecuali untuk memberikan sumbangsih kita kepada tanah air Indonesia. Hanya saja klaim di atas tentu saja bisa disangsikan dengan mengatakan, “Lantas apa yang diberikan negara kepada warga negaranya?” Kesangsian itu sah-sah saja dalam diskursus relasi negara dengan warganya agar negara tidak lalai akan kewajibannya memenuhi hak-hak warga negaranya dan membuatnya mudah jatuh ke dalam kawah otoritarianisme.

Meski demikian, pertanyaan akan kontribusi apa yang sudah diberikan oleh warga negara, bagi saya memerlukan ketulusan. Keterlibatan warga negara untuk secara nyata melakukan tindakan positif kepada negeri dan sesama anak bangsa adalah sebuah upaya luhur. Dari tindakan itu, seseorang sungguh-sungguh melampaui kediriannya, mengatasi egoismenya untuk kemudian secara sukarela berbagi kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Semangat berkontribusi kepada sesama sebenarnya wujud partipasi menjadi warga negara yang baik. Inilah yang mendasari kegiaan community service (pelayanan kepada masyarakat) di kampus Binus Malang. Mahasiswa tidak saja menuntut ilmu bagi bekal masa depan hidup pribadinya, tetapi mahasiswa memiliki kewajiban untuk berbagi ilmu yang ada padanya kepada masyarakat.

Sebelumnya secara berkelompok mereka mesti mencari komunitas masyarakat sebagai lokasi kegiatan. Lalu mereka harus merancang bentuk kegiatan community service yang akan dilakukan selama enam kali pertemuan. Sejumlah 36 mahasiswa Binus Malang program studi kewirausahaan (business creations) telah melakukan program pelayanan dengan ragam bentuk kegiatan. Kelompok yang diketuai Nabila Fairuza dan Gabriella Debora memilih kelompok Save Street Children, Malang (SSC), sebuah komunitas yang menampung anak-anak jalanan sekaligus memberikan edukasi gratis bagi mereka. Kelompok Nabila mengambil tema berbagi cerita menjadi wirausaha. Melalui tema ini, Nabila dan kawan-kawan dapat memberikan wawasan yang mendorong mereka untuk tertarik menjadi wirausaha. Sementara itu, kelompok Gabriella memilih untuk mengajar matematika dasar, seperti berhitung kepada teman-teman SSV yang masih duduk di bangku SD.

Tema mengolah barang bekas untuk bernilai ekonomis dipilih kelompok Marcelino. Bagi mereka barang-barang bekas yang tampak tidak berfaedah dan hanya membebani lingkungan dapat diolah secara kreatif sehingga menjadi komoditi untuk menghasilkan uang. Tema ini mereka sampaikan kepada 21 anak komunitas Panti Asuhan “Lima Roti Dua Ikan” di Janti, Malang. Tema mengenai mengajarkan kepemimpinan menarik perhatian kelompok Ghina Pradnya. Di dalam tema tersebut mereka mengajarkan betapa pentingnya minat membaca bagi generasi muda untuk melengkapi bakat kepemimpinan yang sudah mulai tampak pada diri seseorang. Bagi mereka, membaca dapat menajamkan visi seseorang untuk mengambil keputusan. Tema kepemimpinan ini mereka sampaikan di 20 anggota komunitas “Cinta Buku” yang merupakan pelajar SMAN 1 Lawang.

Lain halnya dengan kelompok Reynaldo Santa. Mereka memilih tema sederhana, yaitu mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak SMP Panti Asuhan Elim Bala Keselamatan. Topik mengajar bahasa Inggris mulai dari salam perkenalan, membuat deskripsi mengenai aktivitas sehari-hari, dialog mengenai meminta dan menawarkan bantuan hingga menyampaikan opini mereka tentang suatu topik sosial yang telah ditentukan sebelumnya. Di hari pertemuan terakhir mereka melakukan permainan bersama dan ditutup dengan acara makan Pizza bersama.

Tentu saja, enam kali kunjungan untuk memberikan pengajaran ke komunitas bukanlah hal yang mudah. Diperlukan semangat, komitmen besar dan kerjasama tim yang solid. Bertemu dan berbagi kepada masyarakat menjadi pengalaman yang bisa mengasah kepekaan mahasiswa untuk peduli kepada masyarakat. Karakter mulia yang diharapkan ada di setiap warga negara. [***]


Bonum Commune

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Sebagai sebuah konsep, politik sebenarnya memuat makna luhur. Ditarik dari akar kata polis dalam bahasa Yunani, politik secara harafiah berarti negara-kota. Meski demikian, pengertian ini barulah sebuah petunjuk awal kepada sebuah pola kehidupan manusia yang khas. Kekhasan itu terletak pada bentuk kehidupan manusia yang dihuni tidak saja oleh diriku semata, melainkan hidup “diriku bersama dengan yang lain”. Itulah mengapa politik dalam pemikiran Aristoteles melekat dengan watak hakiki manusia sebagai zoonpolitikon yang dilacak oleh filsuf perempuan, Hannah Arendt mengandung arti bahwa manusia pada dasarnya adalah binatang politik (animal socialis). Pengertian dasar yang diletakkan oleh Aristoteles ini kemudian disintesiskan oleh filsuf Abad Pertengahan Thomas Aquinas bahwa baginya “manusia pada hakikatnya bersifat politis, yaitu bersifat sosial” (Arendt, 1958: 23).

Dalam arti itu, meminjam ulasan M. Sastrapratedja mengenai awal sejarah politik Yunani, politik “yang berkaitan dengan kehidupan polis (negara-kota)” dalam bentuk kehidupan bersama, pada tingkat normatif menyatu dengan segala perkara kesejahteraan umum (Sastrapratedja, 2013 : 101). Artinya, politik identik dengan gagasan kebaikan bersama (bonum commune) sebagai cita-cita publik yang secara berkelanjutan terus diwujudkan. Inilah pengertian politik asali yang darinya kita menyetujui bahwa di dalam politik ada keluhuran.
Hanya saja membicarakan politik sebagai suatu keluhuran tidaklah mencukupi. Kehidupan bersama juga memerlukan tata kelola agar cita-cita publik dan tujuan hidup bersama sebagai tujuan luhur berdemokrasi dapat diwujudkan. Di situlah politik mesti membicarakan bentuk pemerintahan. Terkait dengan hal itu, sejak sejarah Yunani, politik terkait erat dengan demokrasi (Sastrapratedja, 2013: 101).

Secara umum, demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang legalitas kekuasaannya bersumber dari pengakuan rakyat. Rakyat adalah jantung kehidupan demokrasi yang meresapi pelbagai aspek dalam tubuh demokrasi. Sebagai mekanisme dalam mengelola hidup bersama, rakyat adalah inti kekuasaan demokrasi. Hal itu terwujud ke dalam tiga faktor pembentuk demokrasi sebagaimana dipahami dalam pandangan Alan Touraine (1997: 21-76). Tiga faktor tersebut adalah pengakuan terhadap hak-hak asasi, keterwakilan rakyat oleh lembaga negara ataupun non-negara untuk menggerakkan kepentingan publik dan faktor kewarganegaraan. Partisipasi rakyat adalah wujud yang paling konkret pada faktor kewarganegaraan. Inilah yang vital dalam demokrasi.

Apa arti demokrasi tanpa keterlibatan warganya? Bagaimana masa depan demokrasi jika tidak membuka ruang peran serta masyarakat? Jika keterlibatan warga tidak menjadi bagian sistem demokrasi, maka sistem politik itu niscaya bukanlah demokrasi. Sekali lagi, demokrasi adalah salah satu bentuk tata kelola hidup bersama, dan karena itu demokrasi adalah manifestasi politik. Demokrasi adalah ruang yang memungkinkan orang untuk terlibat, merealisasikan kemampuan dan komitmennya bagi tujuan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, peran aktif warga mewujudkan bonum commune sebagai modus demokrasi sebenarnya adalah tindakan politis. Ketika warga bertindak di ranah kehidupan bersama untuk mengkongkretkan kebaikan publik (politis) yang dimungkinkan dalam mekanisme demokrasi, ketika itu pula warga berpolitik. Politik dengan demikian sesungguhnya berwatak mulia. [***]

Referensi:

Arendt, Hannah, 1958, The Human Condition, Chicago & London: The University of Chicago Press.

Sastrapratedja, 2013, Lima Gagasan Yang Dapat Mengubah Indonesia, Jakarta : Pusat Kajian Filsafat dan Pancasila.

Toleransi Berarti Mengakui

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Anna Elisabetta Galeotti, peneliti yang fokus terhadap problem toleransi dan pluralisme dari Universitas Eastern Piedmont Amedeo Avogadro, Italia pernah menyebutkan dalam bukunya Toleration as Recognition (2004) bahwa di tengah kondisi intoleran muncul kerinduan dan pengharapan akan hadirnya sikap toleransi. Toleransi adalah model kebajikan hidup yang selalu diminta, diharapkan bahkan diperjuangkan dalam ruang hidup kolektif yang majemuk.

Toleransi mula-mula dimengerti sebagai sikap yang membiarkan orang lain hidup dalam perbedaannya dan kita tidak merasa ada persoalan dengan itu semua. Pengertian ini sarat dengan bobot yang indifferent. Inilah pengertian toleransi yang ditelusuri Elisabetta Galeotti sebagai pendekatan netral toleransi dalam khazanah pemikiran liberal Barat. Dalam arti netral, toleransi memang menyuarakan kebebasan untuk menampilkan keseluruhan identitas warga terbatas di ruang pribadi, seperti: di keluarga dan tempat komunitas yang homogen. Namun, dalam hidup bersama yang majemuk, pendekatan netral ini sama sekali tidak sensitif terhadap tuntutan kesetaraan kaum minoritas untuk sama-sama diterima dan diakui dengan warga mayoritas sebagai suatu kebijakan publik yang resmi (Galeotti 2004, 75-78).
Itu berarti, di satu sisi, toleransi menjadi kata kunci yang vital dalam hidup bersama yang majemuk dan didambakan oleh kelompok minoritas, tetapi di sisi lain, toleransi secara netral tidaklah mencukupi bagi kaum minoritas. Toleransi dalam arti dibiarkannya segala perbedaan untuk dapat bebas hidup, sesungguhnya hanya berdaya dalam ruang privat. Namun, dalam ranah kebijakan publik, orientasi netral ini sama sekali tidak memberikan basis legitimasi apapun untuk menjamin kesetaraan minoritas dan pengakuan terhadapnya. Toleransi perlu melangkah lebih jauh lagi.

Oleh karena itu, Galeotti keluar dari batasan pengertian toleransi tradisional itu. Toleransi tidak sekadar membiarkan, melainkan mengakui. Toleransi adalah sebuah sikap mengakui keberadaan kaum minoritas sebagai pihak yang setara dengan warga mayoritas. Atas dasar pengakuan itu, kaum minoritas seperti para imigran, minoritas agama & kaum LGBT sebagai kelompok terpinggirkan karena perbedaan identitas dan cara hidupnya dari masyarakat mayoritas dapat dirangkul, diterima dan diakui keberadaannya sebagai warga negara/warga masyarakat yang setara. Dan karena itu, hak-hak mereka juga dijamin dan dilindungi konstitusi. Toleransi dengan semangat pengakuan inilah yang diajukan Galeotti agar sikap toleran dapat membawa rahmat bagi mereka yang marjinal. Saya melihat bahwa pemikiran Galeotti tampaknya memang meminjam pemikiran politik pengakuan (politics of recognition) Charles Taylor dalam bukunya Multiculturalism & Politics of Recognition (1993).

Dengan kata lain, seperti apakah wujud konkret bertoleransi? Yaitu, ketika kita bersedia mengakui yang lemah dan terpinggirkan dalam seluruh keberlainannya sebagai anggota keluarga bersama yang setara. Bahwa dengan mengakui mereka yang marjinal, menurut Galeotti di situ ada keadilan. Namun, saya melihat toleransi tidak dapat berhenti hanya pada tuntutan pengakuan atau mandek pada perkara keadilan, meski pengakuan dan keadilan tetap merupakan syarat awal yang harus dipenuhi dalam hidup bersama yang plural. Akan tetapi, setelah syarat pengakuan terpenuhi, toleransi mesti bergerak ke level selanjutnya, yaitu semangat merawat harmoni dan persaudaraan dalam hidup bersama yang beragam.

Itu artinya, toleransi mesti memperbarui pengertiannya, yaitu sebagai dorongan jiwa individu/kelompok untuk saling menerima, mengakui seluruh keberlainan orang lain dan saling peduli memberikan rasa kemanusiaan dalam seluruh keberlainan (perbedaan) identitas primordial orang lain. Di situ toleransi hanya dimungkinkan ketika ada keterbukaan hati untuk bersedia menerima yang berbeda dengannya. Hati dan pikiran terbuka adalah fundamen untuk menerima orang lain dalam seluruh perbedaannya secara positif, tanpa curiga, cemas dan takut. Keterbukaan hati pikiran adalah dasar yang sangat pokok dalam republik toleransi. Yang menarik bahwa keterbukaan hati tidak saja sebuah dasar, melainkan juga sebuah daya dorong bagi orang yang telah diterima untuk turut memiliki keterbukaan hati terhadap yang lain. Itulah mutualitas dalam toleransi yang berjangkar kepada keterbukaan hati dan pikiran: untuk saling menerima, mengakui, dan juga peduli. Kepedulian perlu hadir agar tindakan penerimaan dan pengakuan terhadap mereka yang berbeda sungguh nyata sebagai kewajiban kemanusiaan.[***]

Referensi:

Galeotti, Anna Elisabeth. 2004. Toleration as Recognition. Cambridge: Cambridge University Press.

Taylor, Charles. Multiculturalism & Politics of Recognition. 1993. Princeton, New Jersey: Princeton University Press.

Hegemoni Toleransi: Sebuah Rekomendasi [bagian 1]

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Meminjam pemikiran Antonio Gramsci, politisi sekaligus filsuf politik abad 20 lalu yang secara tekun menyusun konsepsi hegemoni tatkala menjadi tahanan politik rezim fasisme Mussolini di dalam penjara, saya berpikir kerangka hegemoni yang diulas oleh Gramsci sangat relevan untuk digunakan dalam meletakkan dasar proses membangun hegemoni toleransi di Indonesia. Berpijak dari Gramsci, ketika kita menyetujui penegakkan hegemoni berarti pula kita menerima dua hal. Pertama, menyadari adanya kontestasi ideologi/nilai yang ingin dimenangkan dari masyarakat, dan kemenangan sebuah ideologi dari yang lainnya sepenuhnya dideterminasi dari penerimaan dan dukungan seluas-luasnya oleh masyarakat. Maka, mengelola alam pikir masyarakat secara masif untuk memberikan persetujuannya kepada ideologi tertentu di tengah persaingan dengan ideologi lainnya, mutlak memerlukan proses edukasi. Dan ini berarti hal kedua yang diterima adalah adanya mekanisme edukasi kepada masyarakat untuk membangun keterikatan masyarakat dengan nilai (ideologi) yang ditawarkan kepadanya sehingga bermuara kepada keputusan setiap anggota masyarakat untuk memeluk/mendukung nilai tersebut.

Adanya temuan fakta intoleransi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah bulan Oktober 2018 lalu, kita harus berani mengakui secara jujur bahwa ada persaingan ideologi di negeri ini: Pancasila sebagai ideologi dasar negeri ini sungguh-sungguh secara nyata ditantang oleh ideologi fundamentalisme/puritanisme agama. Maka, untuk meraih dukungan masyarakat Indonesia secara signifikan terhadap Pancasila sebagai ideologi tunggal negeri ini dengan keutamaan toleransi dan inklusivitas yang terkandung di dalamnya, jelas memerlukan pengembangan upaya-upaya hegemonik guna memenangkan dukungan masyarakat terhadap nilai-nilai toleransi dan inklusivitas. Artinya, merintis mekanisme hegemoni nilai-nilai toleransi sama halnya dengan usaha meneguhkan Pancasila sebagai ideologi dasar dan tunggal negeri ini. Dan mengacu kepada Gramsci, upaya hegemoni mutlak menyatu dengan proses edukasi.

Saya mengajukan sebuah rekomendasi yang secara khusus tertuju kepada pendidikan agama untuk menyebarkan dan meneguhkan nilai-nilai toleransi dan inklusivitas. Pendidikan agama yang lebih maju, yaitu yang tidak lagi berkutat kepada wacana-wacana ritual dan doktrinal guna memperkuat mutu keimanan peserta didik secara ekslusif dan inheren dari sumber-sumber internal ajaran agama itu sendiri, melainkan kepada model pendidikan agama yang inklusif dan kontekstual. Dalam model demikian, pengajaran agama mulai keluar dari dunianya yang internal kepada dunia masyarakat yang diisi oleh keragaman agama, aliran keyakinan dan kompleksitas persoalan sosial di mana agama sudah semestinya tidak lagi tinggal diam.

Secara konkret model pendidikan agama yang inklusif dan kontekstual di Indonesia terwujud kepada isi kurikulum pendidikan agama: (1) yang di dalamnya mengajarkan sikap toleransi – kerjasama antar umat beragama dan cinta tanah air (nasionalisme) yang didukung dengan segenap ayat kitab suci yang mendasarinya. Memberi kebaikan kepada bangsa dan negara dalam atmosfer Indonesia, salah satunya terwujud dalam sikap penghargaan dan penerimaan kita terhadap keberagaman identitas hidup saudara-saudara sebangsa adalah tindakan yang selaras dengan prinsip agama; (2) meneropong problem-problem sosial seperti kerusakan lingkungan hidup, korupsi (problem kejujuran, ketidakadilan dan materialisme) dan pelanggaran HAM dengan mendasarkan diri kepada enam ajaran agama; (3) peran agama-agama dalam membawa perdamaian yang meliputi pembicaraan mengenai pengampunan, kerendahan hati dalam beragama dan kontribusi umat agama bagi lingkungan masyarakat untuk membangun negara, dan (4) yang terakhir, tentu saja memuat keragaman ritus-tradisi dalam enam ajaran agama secara umum.

Model pendidikan agama semacam itu telah berjalan di perguruan tinggi Bina Nusantara. Wawasan keagamaan mahasiswa diarahkan kepada ragam doktrin agama-agama di Indonesia dalam mencari jalan keluar isu sosial aktual. Dari model pembelajaran seperti ini, mahasiswa tidak saja memahami doktrin agamanya secara kontekstual mengenai problem tertentu, tetapi mahasiswa juga belajar wawasan agama lain mengenai problem yang sama. Dari situ mahasiswa sudah terbiasa dengan keragaman doktrin agama. Dan inilah proses konkret mengasah sikap toleransi. [***]

Hegemoni Toleransi: Sebuah Rekomendasi [bagian 2-habis]

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Pendidikan agama yang kontekstual dan pluralis sebagai sebuah rekomendasi di Indonesia adalah model pembelajaran agama yang turut memuat keragaman wawasan agama di sebagai basis moral problem sosial dewasa ini. Tujuan model pembelajaran demikian adalah membentuk watak mahasiswa yang toleran-inklusif dan peduli baik kapasitasnya sebagai warga bangsa maupun umat beragama. Agama tidak bisa bersikap cukup diri dalam wacana-wacana keimanan internal. Sebaliknya agama mesti pula mengambil bagian dalam penguatan pendidikan kewarganegaraan. Sebab umat beragama jugalah warga negara begitu pula sebaliknya, keduanya tak terpisahkan. Maka, keduanya mesti saling memperkuat bahwa umat beragama dalam kapasitasnya sebagai warga negara juga memiliki tanggungjawab kepada masyarakat luas di luar komunitas keagamaannya.

Saya berpendapat bahwa model pendidikan agama inklusif dan kontekstual ini lebih sesuai untuk diterapkan di iklim perguruan tinggi. Mahasiswa sudah berada di tahap pembelajaran yang menuntut kemandirian dalam mengelaborasi argumentasi di mana ketajaman argumen jelas memerlukan keterbukaan alam pikir untuk mengunyah beragam sumber referensi. Keterbukaan berpikir dalam dunia pendidikan tidak saja sebagai syarat tetapi juga sebuah tujuan pendidikan sebagai tradisi akademis yang sangat positif.
Indonesia dengan Pancasila sebagai ideologi yang terbuka dan melindungi keberagaman, tak dapat disangkal adalah landasan yang sangat tepat dan memudahkan bagi segala upaya merintis dan mengembangkan pendidikan agama yang inklusif, terbuka dan kontekstual. Karena itu, Pancasila menjiwai itikad yang hendak mengkongkretkan hegemoni toleransi di negeri ini guna menyangkal radikalisme dan ekstremisme agama yang juga telah menancap kuat di dalam sanubari masyarakat.

Gagasan ini tentu saja sangat membutuhkan jiwa dan pikiran yang terbuka dari segala pemangku pendidikan agama di negeri ini oleh negara melalui Kementrian Agama dan Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi, organisasi-organisasi keagamaan, civil society penggerak gagasan kebhinekaan, pemuka agama, dan jajaran dosen-pendidik agama dalam menyetujui pendidikan agama yang inklusif, terbuka dan kontekstual yang mendesak untuk dirumuskan. Jika ada konsensus atas wacana ini, saya yakin Indonesia justru menjadi acuan pendidikan agama yang damai dan konstruktif, setidaknya di kawasan Asia Tenggara. [***]

Identitas Yang Selaras: Warga Agama dan Bangsa Yang Toleran

$
0
0

Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Toleransi sebagai sikap mengakui kaum minoritas dalam pemikiran Anna Elisabetta Galeotti dalam bukunya Toleration as Recognition (2004) memang mengambil latar belakang negosiasi kaum minoritas kelompok imigran dengan warga negara setempat di negara-negara Eropa Barat di pertengahan abad 20 lalu. Namun, toleransi dalam semangat pengakuan terhadap minoritas juga relevan dalam konteks Indonesia. Hal ini dapat ditunjuk secara terang-benderang dalam momen revisi tujuh kata sila pertama Pancasila versi Piagam Jakarta. Implikasinya sangat vital, yaitu kesetaraan hak dan kewajiban di antara seluruh warga bangsa Indonesia yang dijamin dan dilindungi secara moral-etis oleh Pancasila dan legal-formal oleh UUD 1945. Kesetaraan itu menciptakan keadilan bagi warga bangsa Indonesia selain pemeluk agama mayoritas Islam.

Bertolak dari peristiwa historis penyusunan Pancasila, toleransi dengan bobot makna saling menerima, mengakui dan peduli benar-benar relevan. Hal ini mengandung arti dua hal: (1) Pancasila adalah dasar yang sah bagi penguatan toleransi, dan (2) toleransi antar sesama anak bangsa adalah salah satu faktor penjamin keberlangsungan hidup bersama yang plural dengan penuh solidaritas dan persaudaraan. Oleh karena itu, ketika kita sepakat bahwa Pancasila adalah dasar moral dan hukum bangsa Indonesia, dan toleransi adalah cerminan sikap gotong-royong yang diajarkan oleh Pancasila, maka menjadi toleran tidak saja menjadi watak, tetapi juga merupakan identitas bangsa Indonesia.

Tentu saja Pancasila bukanlah ajaran agama. Ia adalah kesepakatan sekaligus dasar moral dan hukum yang diperlukan sebagai jaminan perlindungan setiap anggota bangsa Indonesia yang mau mengikatkan diri ke dalam sebuah bangsa dan hidup bersama di negara ini. Lagipula, apapun bentuk hidup bersama pastilah memerlukan kesepakatan sebagai jaminan ikatan. Dalam arti itu, Pancasila adalah jaminan, dasar dan kesepakatan bersama. Ada lima sila yang memiliki nilai-nilai moral di dalamnya sebagai keutamaan kewargaan (civic virtues). Setia kepada Pancasila berarti setia kepada kesepakatan dan mau dipimpin oleh keluhurannya. Pancasila sama sekali tidak menggeser peran agama, justru ia menjamin kemerdekaan penganutnya untuk beribadah. Maka, Pancasila mesti ditempatkan sebagai kesepakatan bersama yang pokok dan mendasari hidup bersama bangsa Indonesia, termasuk dengan menerima gagasan toleransi dan inklusivitas yang disuarakan oleh Pancasila.

Bentuk konkret menerima Pancasila secara konsisten dan utuh, salah satunya dan yang paling mendesak saat ini, adalah dengan memeluk nilai-nilai toleransi sebagai identitas dan gaya hidup warga bangsa Indonesia. Dan saya menyakini bahwa identitas kewargaan Indonesia yang toleran dan inklusif sama sekali tidak berkontradiksi dengan kebijaksanaan agama. Bagaimana mungkin orang yang berbatin positif yang mau dengan ramah dan tulus menerima, mengakui, menghormati bahkan memberikan kasih kepedulian kepada teman atau tetangganya yang berbeda dengannya (misalkan berbeda agama) dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap ajaran agama? Bukankah agama adalah pegangan kita untuk menjadi manusia yang lebih berwajah welas kasih kepada siapa saja, termasuk mereka yang berbeda keyakinan dengan kita? Dengan demikian, di mana letak ketidaksesuaian toleransi dengan esensi agama sehingga mendasari orang untuk bersikap intoleran? Bukankah intoleransi justru adalah nilai yang jelas-jelas bertentangan dengan esensi kemanusiaan dan kerahiman dalam agama? Warga bangsa yang toleran sama sekali tidak merusak apalagi membatalkan identitasnya sebagai orang beragama. Justru sebaliknya, sikap toleran adalah watak yang memperkuat jati diri identitasnya sebagai orang beragama.

Oleh karena itu, kesediaan untuk bersikap toleran dan inklusif dari diri setiap bangsa Indonesia tidak saja merupakan tanda (identitas) secara politis dalam ruang lingkup kewargaan bangsa, tetapi juga secara religius. Keduanya bersinergi selaras membentuk watak perdamaian dalam diri individu dan bangsa Indonesia secara kolektif. Toleransi dan inklusivitas mengukir keselarasan identitas baik sebagai warga bangsa maupun warga agama. Maka, Pancasila dan toleransi secara logis tidak dapat dibuang dari bumi Nusantara sampai kapanpun. [***]

Referensi:
Galeotti, Anna Elisabeth. 2004. Toleration as Recognition. Cambridge: Cambridge University Press.

Penetrasi Internet

$
0
0

Internet menjadi kebutuhan pokok masyarakat informasi saat ini. Kehadiran media baru ini memberikan ruang yang lebih luas yang memungkinkan proses produksi dan distribusi serta volume informasi tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu (Kurnia et al., 2017, p. 3). Internet berkembang sangat pesat dan merambah ke semua negara.

Jumlah pengguna Internet dan media sosial di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil survey yang dipublikasikan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 143,26 juta jiwa atau 54,68 % dari total populasi penduduk Indonesia.

Gambar 1. Pertumbuhan Pengguna Internet di Indonesia (APJII, 2017)

Dilihat dari geografis, jumlah pengguna Internet terbanyak di Indonesia berada di Pulau Jawa yakni sebesar  58,08%  sedangkan Maluku dan Papua berada di urutan terakhir dengan hanya sebesar 2,49%. Namun demikian, jika diperhatikan dari sisi penetrasi Internet, persebaran di wilayah Indonesia cenderung lebih merata.

Gambar 2. Jumlah dan Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia (APJII, 2017)

Jika diamati berdasarkan usia, maka komposisi pengguna Internet yang terbanyak adalah kategori usia 19-34 tahun (49,52%), diikuti kategori usia 35-54 tahun (29,55%) dan usia 13-18 tahun (16,68%) serta usia diatas 54 tahun (4,24%). Komposisi ini sedikit berbeda dari tahun 2016, dimana pengguna Internet terbanyak adalah kategori usia 35-44 tahun (29,2%).

Gambar 3. Komposisi Pengguna Internet Berdasarkan Usia (APJII, 2017)

Survey juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana peneterasi pengguna Internet berdasarkan tingkat pendidikan. Hasil survey memperlihatkan bagaimana tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan Internet. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pula dalam memanfaatkan Internet.

 

Gambar 4. Penetrasi Pengguna Internet Berdasarkan Tingkat Pendidikan (APJII, 2017)

Dari penelitian tersebut, ditemukan juga bahwa layanan chatting dan social media merupakan situs layanan yang sering diakses oleh pengguna Internet di Indonesia, yakni sebesar 89,35% dan 87,13%, sedangkan layanan akses perbankan berada di posisi paling akhir dengan hanya sebesar 7,39%.

Gambar 5. Layanan yang Diakses (APJII, 2017)

Hasil survey yang dilakukan APJII ini menunjukkan bahwa Internet menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda. Kaum muda, yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa,  menjadi kelompok yang paling sering menggunakan layanan Internet, khususnya media sosial. Pulau Jawa, sebagai wilayah terbesar dalam persebaran pengguna Internet tidak terlepas dari predikat sebagai wilayah destinasi pendidikan di Indonesia.

Kota Malang, Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu kota pendidikan di Indonesia yang ada di Pulau Jawa. Julukan “Kota Pendidikan” berangkat dari pertumbuhan jumlah sekolah yang sangat pesat pada tahun 1914-1939 (merdeka.com, edisi Mei 2016). Persebaran jumlah penduduk berdasarkan usia juga menunjukkan Kota Malang sebagai kota para pelajar. Berdasarkan data BPS Kota Malang tahun 2016, jumlah penduduk yang berusia 15-29 tahun berjumlah 258.927 jiwa atau 30,41% dari total populasi sebanyak 851.298 jiwa.

Berdasarkan data APJII dan BPS Kota Malang ini, kelompok usia muda yang merupakan pengguna Internet, khususnya media sosial sudah seharusnya dibekali oleh pendidikan atau literasi media yang baik. Literasi media menjadi bekal penting bagi mereka untuk mampu memilah dan memilih informasi yang diperoleh dari Internet dan media sosial. Ketidakmampuan dalam menyaring informasi yang dikonsumsi sehari-hari pada akhirnya akan berujung pada mis-information.

Sarasehan & Dialog Nasional Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI dan Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI)

$
0
0

Jakarta, 23 Januari 2019 – BINUS UNIVERSITY menjadi tuan rumah Sarasehan & Dialog Nasional Menteri RISTEKDIKTI Republik Indonesia dan Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI). Bertempat di Auditorium lantai 4, Kampus Anggrek, BINUS UNIVERSITY, Kemanggisan, Jakarta, acara ini dihadiri oleh Menteri RISTEKDIKTI RI, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. ; Direktur Jenderal Kelembagaan, IPTEK, dan DIKTI, Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng. Sc. ; Direktur Jenderal Sumber Daya, IPTEK, dan DIKTI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. ; Koordinator Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL DIKTI) Wilayah III, Dr. Ir. Illah Sailah, MS.; Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelengara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia, Prof. Dr. Thomas Suyatno ; serta lebih dari 400 pengurus Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta dari seluruh Indonesia anggota ABPPTSI.

Acara ini dibuka dengan Sambutan Ketua Yayasan BINA NUSANTARA, Ir. Bernard Gunawan yang mengapresiasi acara sarasehan ini sebagai sebuah kesempatan yang baik untuk terus menjalin silaturahim dan meningkatkan kerjasama dalam rangka kemajuan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Bapak Bernard juga menekankan bahwa apa yang telah dicapai selama ini merupakan wujud dari upaya, kerja keras, dan komitmen yang luar biasa dari seluruh pihak yang terkait dalam penyelenggaraan perguruan tinggi swasta di Indonesia.

Dalam acara ini diadakan sesi materi dan dialog yang berkisar tentang strategi serta kebijakan Kemenristekdikti terkini dan perspektif ke depan. Sesi materi ini yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Kelembagaan, IPTEK, dan DIKTI, Dr. Ir. Patdono Suwignjo M. Eng. Sc. dengan judul materi Strategic Inflection Point Pada Pendidikan Tinggi, dan Direktur Jenderal Sumber Daya, IPTEK, dan DIKTI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. dengan materi yang berjudul Strategi Pengembangan Karir Jabatan Fungsional Dosen.

Acara dilanjutkan dengan Sarasehan dan Dialog Nasional yang disampaikan oleh Menteri RISTEKDIKTI RI, Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. Beliau menyampaikan materi yang berjudul Reformasi Kebijakan Pembukaan Program Studi dan Pendirian/Perubahan PTS Tahun 2019 sebagai tindak lanjut arahan Presiden terkait perijinan. Dalam penyampaiannya, Beliau berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan sehingga dikotomi antara Perguruan Tinggi Negeri dengan Perguruan Tinggi dapat dihilangkan.

Salah satu yang dilakukan adalah menetapkan Kebijakan Dasar Tahun 2019 yaitu semua proses yang menyangkut perijinan dipercepat, tetapi monitoring dan evaluasi diperketat. Beliau memiliki target kebijakan ini dapat diberlakukan mulai Februari 2019.
Kebijakan ini memiliki 5 komponen, yaitu:

  • Penyederhanaan instrument dan evaluasi
  • Rekrut evaluator baru
  • Coaching evaluator
  • Penerapan SK Elektronik (dengan digital signature)
  • Target proses maksimal: 5 hari di setiap unit Eselon I.

Pemberlakuan kebijakan prosedur perizinan baru ini berlaku untuk: Pembukaan program studi; Pendirian perguruan tinggi swasta; Perubahan perguruan tinggi swasta.

“Saya mengapresiasi kepada Ketua Yayasan yang terhimpun dalam Asosiasi Badan Penyelenggara Pendidikan Tinggi Swasta Indonesia dalam mengelola, mencerdaskan bangsa dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.”

Acara ditutup dengan Penandatangan Prasasti sebagai launching Beehub BINUS UNIVERSITY. Beehub adalah sebuah working space yang didedikasikan untuk memfasilitasi para mahasiswa Enrichment Program Entrepreneurship Track, sehingga mahasiswa dapat membangun startup bisnisnya dengan menyenangkan. Di Beehub mahasiswa dapat berkreasi, bercurah pendapat, mencari penyelesaian masalah, mengumpulkan gagasan untuk membangun startup-nya dengan penuh kreativitas dan menyenangkan.


Pendaftaran Mahasiswa Baru BINUS @Malang

$
0
0

Hi Sobat BINUSIAN !

#MasihAdaKesempatan untuk Gabung di BINUS @ Malang serta jangan lewatkan gelombang Tes Periode Januari 2019. Kamu juga bisa pilih program Enrichment meliputi: Internship , Community Development, Study Aboard, Research atau Business Start up.

Info Terkait kapasitas Program Studi dan BEASISWA* khusus dapat menghubungi Contact Person Berikut:

HP/WA: 0812 3015 3288 / 0813 1788 6008 / 0821 1243 4052 / 0895 042 22774

LINE : @BINUS_MALANG

INSTAGRAM: @binus_malang

Admisi Online : binus.ac.id/daftaronline.

 

*Syarat ketentuan berlaku

Media Coverage : Resmi, Kampus Binus Malang Diluncurkan! 

Next: Media Coverage : Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! MALANG, KOMPAS.com – Pendidikan tingi perlu punya program untuk benar-benar bisa dijadikan jembatan yang sifatnya saling menguntungkan antara pendidikan tinggi dan industri. Tujuan akhirnya agar link and match antara kedua pihak benar-benar tercapai. Demikian dipaparkan Dr Meyliana, Wakil Rektor Binus University, pada seminar “Digitalpreneur in Industrialization 4.0” dalam rangka peresmian kampus Digital Technology Entrepreneurship Binus Malang, Araya Mansion, Malang, Rabu (20/2/2019). Berdasarkan data BPS 2018 ini, papar Meyliana, jumlah tenaga kerja bertitel sarjana (S-1) yang menganggur naik 1, 13 persen dari 2013 ke 2018. Adapun sarjana yang bekerja tidak sesuai bidang keilmuannya mencapai 63 persen. “Untuk mendapatkan talenta tenaga kerja yang bagus itu biaya rata-rata perusahaan untuk membayar training per orang per tahun itu Rp 7 sampai Rp 10 juta per tahun. Itu tinggi,” kata Meyliana. Untuk itulah, sebagai lembaga pendidikan tinggi Binus University sudah membesut program Binus Industry Partnership Program (BIPP). Program yang dijalankan sejak 2014 ini untuk menjembatani kebutuhan pihak industri. “BIPP membuka kerjasama strategis partnership yang saling menguntungkan untuk dapat win win solution bagi kedua pihak. Ikut program ini gratis keanggotaannya. Pada level top atau tertinggi di BIPP itu BCA. Ada sekitar 160 mahasiswa Binus magang di BCA setiap tahun,” tambah Meyliana. Meyliana menambahkan, total mahasiswa Binus pada setiap angkatan itu mencapai 8000 mahasiswa tiap tahun. Dengan jumlah sebanyak itu Binus memberikan kesempatan kepada industri untuk menjadi anggota BIPP agar bisa ikut terlibat langsung mendidik mahasiswa. “Kami tidak menjual tenaga kerja, bukan memasarkan tenaga kerja, tapi mengajak industri untuk sama-sama membina mahasiswa. Ini mendidik, bukan sebagai suplier tenaga kerja. Kami berikan 32 SKS ke industri untuk mendidik dan membina mereka,” kata Meyliana. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! “, https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/21/07300061/binus-university–kami-tidak-menjual-tenaga-kerja-?utm_source=Whatsapp. Penulis : Latief Editor : Latief
$
0
0

MALANG, KOMPAS.com – Binus University resmi meluncurkan kampus barunya, Digital Technology Entrepreneurship Binus Malang, Araya Mansion, Malang, Rabu (20/2/2019). Tahap pertama area kampus ini akan terdiri dari 11.000 meter persegi. Binus mematok target pembangunan selesai pada Juli 2019 dan bisa beroperasi untuk belajar mengajar pada Agustus 2019. Rektor Institut Teknologi Riset Binus Malang, Boto Simatupang, mengatakan selama 3 tahun merintis kampus ini tercatat Binus Malang sudah memiliki sekitar 400 mahasiswa. “Nantinya untuk tahap pertama (kampus ini), kami siapkan untuk menampung 5.000 mahasiswa. Kami bersyukur yang dilakukan ini sejalan dengan visi dan misi pemerintah Indonesia. Kami fokus meningkatkan entrepreneurship dengan pendekatan digital. Ini juga respons atas kebutuhan mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman belajar secara smart class, creative class dan juga reguler class. Ini cocok dengan progam 2+1+1 yang kami siapkan untuk mahasiswa Malang,” ujar Boto. Dengan konsep 211 itulah, lanjut dia, Binus Malang sangat memungkinkan menerapkan konsep mobilitas mahasiswanya. Mobilitas itu disesuaikan dengan waktu kuliah.

Jadi, konsep 211 itu artinya 2 tahun kuliah di Binus Malang, 1 tahun di Jakarta atau Bandung sesuai peminatan, dan 1 tahun lagi untuk program magang di perusahaan,” tambah Boto. Saat ini ada 20 mahasiswa Binus Malang yang kuliah di Jakarta. Petrus Harjanto, guru SMA Katolik Kolese Santo Yusup, Malang, mengakui bahwa yang dilakukan Binus dengan membuka kampus baru yang menitikberatkan pada pendekatan teknologi digital sudah tepat. Menurut Petrus, hal itulah yang dibutuhkan anak-anak zaman sekarang di Malang. “Mereka sudah tak punya cita-cita seperti orang zaman dulu, sudah tak lagi mau jadi guru, polisi atau karyawanlah. Mereka maunya yang bebas atau freestyle, tapi tuntutan teknologinya tinggi sehingga Binus menangkap maunya anak-anak,” kata Petrus. Di sisi lain, konsep 211 bisa menjadikan anak-anak lebih bersemangat belajar tanpa harus punya pikiran “Jakarta sentris”. “Mereka yang mau kuliah di Jakarta tak perlu ke Jakarta, tapi cukup di Malang saja,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Resmi, Kampus Binus Malang Diluncurkan!”, https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/20/15375981/resmi-kampus-binus-malang-diluncurkan.
Penulis : M Latief
Editor : Sri Noviyanti

Media Coverage : Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! MALANG, KOMPAS.com – Pendidikan tingi perlu punya program untuk benar-benar bisa dijadikan jembatan yang sifatnya saling menguntungkan antara pendidikan tinggi dan industri. Tujuan akhirnya agar link and match antara kedua pihak benar-benar tercapai. Demikian dipaparkan Dr Meyliana, Wakil Rektor Binus University, pada seminar “Digitalpreneur in Industrialization 4.0” dalam rangka peresmian kampus Digital Technology Entrepreneurship Binus Malang, Araya Mansion, Malang, Rabu (20/2/2019). Berdasarkan data BPS 2018 ini, papar Meyliana, jumlah tenaga kerja bertitel sarjana (S-1) yang menganggur naik 1, 13 persen dari 2013 ke 2018. Adapun sarjana yang bekerja tidak sesuai bidang keilmuannya mencapai 63 persen. “Untuk mendapatkan talenta tenaga kerja yang bagus itu biaya rata-rata perusahaan untuk membayar training per orang per tahun itu Rp 7 sampai Rp 10 juta per tahun. Itu tinggi,” kata Meyliana. Untuk itulah, sebagai lembaga pendidikan tinggi Binus University sudah membesut program Binus Industry Partnership Program (BIPP). Program yang dijalankan sejak 2014 ini untuk menjembatani kebutuhan pihak industri. “BIPP membuka kerjasama strategis partnership yang saling menguntungkan untuk dapat win win solution bagi kedua pihak. Ikut program ini gratis keanggotaannya. Pada level top atau tertinggi di BIPP itu BCA. Ada sekitar 160 mahasiswa Binus magang di BCA setiap tahun,” tambah Meyliana. Meyliana menambahkan, total mahasiswa Binus pada setiap angkatan itu mencapai 8000 mahasiswa tiap tahun. Dengan jumlah sebanyak itu Binus memberikan kesempatan kepada industri untuk menjadi anggota BIPP agar bisa ikut terlibat langsung mendidik mahasiswa. “Kami tidak menjual tenaga kerja, bukan memasarkan tenaga kerja, tapi mengajak industri untuk sama-sama membina mahasiswa. Ini mendidik, bukan sebagai suplier tenaga kerja. Kami berikan 32 SKS ke industri untuk mendidik dan membina mereka,” kata Meyliana. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! “, https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/21/07300061/binus-university–kami-tidak-menjual-tenaga-kerja-?utm_source=Whatsapp. Penulis : Latief Editor : Latief

$
0
0

MALANG, KOMPAS.com – Pendidikan tingi perlu punya program untuk benar-benar bisa dijadikan jembatan yang sifatnya saling menguntungkan antara pendidikan tinggi dan industri. Tujuan akhirnya agar link and match antara kedua pihak benar-benar tercapai.

Demikian dipaparkan Dr Meyliana, Wakil Rektor Binus University, pada seminar “Digitalpreneur in Industrialization 4.0” dalam rangka peresmian kampus Digital Technology Entrepreneurship Binus Malang, Araya Mansion, Malang, Rabu (20/2/2019). Berdasarkan data BPS 2018 ini, papar Meyliana, jumlah tenaga kerja bertitel sarjana (S-1) yang menganggur naik 1, 13 persen dari 2013 ke 2018. Adapun sarjana yang bekerja tidak sesuai bidang keilmuannya mencapai 63 persen. “Untuk mendapatkan talenta tenaga kerja yang bagus itu biaya rata-rata perusahaan untuk membayar training per orang per tahun itu Rp 7 sampai Rp 10 juta per tahun. Itu tinggi,

” kata Meyliana. Untuk itulah, sebagai lembaga pendidikan tinggi Binus University sudah membesut program Binus Industry Partnership Program (BIPP). Program yang dijalankan sejak 2014 ini untuk menjembatani kebutuhan pihak industri. “BIPP membuka kerjasama strategis partnership yang saling menguntungkan untuk dapat win win solution bagi kedua pihak. Ikut program ini gratis keanggotaannya. Pada level top atau tertinggi di BIPP itu BCA. Ada sekitar 160 mahasiswa Binus magang di BCA setiap tahun,” tambah Meyliana. Meyliana menambahkan, total mahasiswa Binus pada setiap angkatan itu mencapai 8000 mahasiswa tiap tahun. Dengan jumlah sebanyak itu Binus memberikan kesempatan kepada industri untuk menjadi anggota BIPP agar bisa ikut terlibat langsung mendidik mahasiswa.  “Kami tidak menjual tenaga kerja, bukan memasarkan tenaga kerja, tapi mengajak industri untuk sama-sama membina mahasiswa. Ini mendidik, bukan sebagai suplier tenaga kerja. Kami berikan 32 SKS ke industri untuk mendidik dan membina mereka,” kata Meyliana.

Gagal? Ulang!  Toh, semua pilihan kembali ke si mahasiswa. Gagal pada proses magang, si mahasiswa harus mengulang lagi. “Karena mereka kami didik, bukan sekadar main-main di perusahaan orang. Ini yang kami sebut dengan konsep 3+1,” kata Meyliana. Menurut dia, konsep tersebut dibuat untuk mempersiapkan 2 dari 3 lulusan bisa bekerja di perusahaan global. Si mahasiswa akan studi selama 3 tahun di dalam kampus, lalu 1 tahun lagi mereka akan punya pilihan untuk dilakoni, yakni magang di perusahaan, studi ke luar negeri, riset atau penelitian, membentuk komunitas (community develoment), dan berwirausaha. “Tenang, kami punya supervisor untuk lima pilihan di satu tahun studi itu, karena mahasiswa tetap harus diawasi.

Sejauh ini 88 persen pilihan mahasiswa adalah magang, dan ada 5000-an mahasiswa kami yang mencari tempat magang setiap tahun,” ujar Meyliana. Dia mengingatkan, bahwa generasi yang masuk masa kerja saat ini adalah anak-anak generasi Z, bukan lagi milenial. Mereka adalah generasi i atau generasi internet. “Semakin ke bawah itu kecerdasan generasi terhadap teknologi semakin tinggi. Industri harus menyadari itu. Wong, anak umur 2 tahun sudah bisa main Youtube kok. Ini juga yang ingin kami bangun di Binus Malang,” ucap Meyliana. Rektor Institut Teknologi Riset Binus Malang, Boto Simatupang, mengatakan selama 3 tahun merintis kampus Binus Malang dia mencatat ada sekitar 400 mahasiswa di kampus tersebut. Adapun untuk tahap pertama kampus baru ini pihaknya akan menampung 5.000 mahasiswa.

“Kami fokus meningkatkan entrepreneurship dengan pendekatan digital. Ini juga respons atas kebutuhan mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman belajar secara smart class, creative class dan juga reguler class,” sambut Boto. Pendekatan tersebut cocok dengan progam 2+1+1 dirancangnya untuk para mahasiswa Malang. Dengan konsep itulah Binus sangat memungkinkan menerapkan mobilitas mahasiswanya. “Kalau mahasiswa itu masuknya di Binus Malang, dia akan 2 tahun kuliah di Malang sebagai home campus, kemudian 1 tahun atau 2 semester akan kami pindahkan kuliah di kampus Binus Jakarta atau Bandung,” papar Boto. Boto mengatakan, dua tahun lalu banyak mahasiswa Binus yang suka memilih magang ke perusahaan rintisan (start up). Mereka berkeinginan kuat untuk mencicipi suasana kerja yang freestyle seperti dunia mereka, dunia anak-anak muda yang bebas. “Tapi, generasi Z saat ini sudah berbeda lagi. Sekarang mereka butuh perusahaan yang settle, yang nyaman dan stabil. Jadi, sudah beda lagi trennya sehingga sangat penting informasi perusahaan atau industri di mata mahasiswa. Istilahnya, tak kenal maka tak sayang,” kata Boto.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! “, https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/21/07300061/binus-university–kami-tidak-menjual-tenaga-kerja-?utm_source=Whatsapp.
Penulis : Latief
Editor : Latief

Media Coverage : Siap-Siap! September Ini Kampus Binus Utama Akan Hadir di Malang

Previous: Media Coverage : Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! MALANG, KOMPAS.com – Pendidikan tingi perlu punya program untuk benar-benar bisa dijadikan jembatan yang sifatnya saling menguntungkan antara pendidikan tinggi dan industri. Tujuan akhirnya agar link and match antara kedua pihak benar-benar tercapai. Demikian dipaparkan Dr Meyliana, Wakil Rektor Binus University, pada seminar “Digitalpreneur in Industrialization 4.0” dalam rangka peresmian kampus Digital Technology Entrepreneurship Binus Malang, Araya Mansion, Malang, Rabu (20/2/2019). Berdasarkan data BPS 2018 ini, papar Meyliana, jumlah tenaga kerja bertitel sarjana (S-1) yang menganggur naik 1, 13 persen dari 2013 ke 2018. Adapun sarjana yang bekerja tidak sesuai bidang keilmuannya mencapai 63 persen. “Untuk mendapatkan talenta tenaga kerja yang bagus itu biaya rata-rata perusahaan untuk membayar training per orang per tahun itu Rp 7 sampai Rp 10 juta per tahun. Itu tinggi,” kata Meyliana. Untuk itulah, sebagai lembaga pendidikan tinggi Binus University sudah membesut program Binus Industry Partnership Program (BIPP). Program yang dijalankan sejak 2014 ini untuk menjembatani kebutuhan pihak industri. “BIPP membuka kerjasama strategis partnership yang saling menguntungkan untuk dapat win win solution bagi kedua pihak. Ikut program ini gratis keanggotaannya. Pada level top atau tertinggi di BIPP itu BCA. Ada sekitar 160 mahasiswa Binus magang di BCA setiap tahun,” tambah Meyliana. Meyliana menambahkan, total mahasiswa Binus pada setiap angkatan itu mencapai 8000 mahasiswa tiap tahun. Dengan jumlah sebanyak itu Binus memberikan kesempatan kepada industri untuk menjadi anggota BIPP agar bisa ikut terlibat langsung mendidik mahasiswa. “Kami tidak menjual tenaga kerja, bukan memasarkan tenaga kerja, tapi mengajak industri untuk sama-sama membina mahasiswa. Ini mendidik, bukan sebagai suplier tenaga kerja. Kami berikan 32 SKS ke industri untuk mendidik dan membina mereka,” kata Meyliana. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Binus University: Kami Tidak Menjual Tenaga Kerja! “, https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/21/07300061/binus-university–kami-tidak-menjual-tenaga-kerja-?utm_source=Whatsapp. Penulis : Latief Editor : Latief
$
0
0

MALANGTODAY.NET – Satu lagi kampus berkualitas bernama Institut Teknologi Kreatif Bina Nusantara atau Binus akan hadir di Kota Malang. Kampus tersebut akan ditargetkan selesai September mendatang.

Sebelumnya, kata Rektor Binus Malang, Dr Ir. Boto Situmpang MBP, Yayasan Bina Nusantara telah mendirikan kampus di kota Malang tepatnya di depan kompleks Araya pada tahun 2016. Tetapi, bangunannya masih tidak luas dalam segi kapasitasnya.

Namun, dengan berjalannya waktu, peminat calon mahasiswa yang ingin berkuliah di Binus semakin banyak. Itulah alasan hadirnya kampus utama Binus Malang yang terletak di kompleks Araya Mansion yang masuk Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

 

Untuk membangun Binus, kata Boto, pihaknya memakai arsitek asli Malang, yakni Budiman. Lebih lagi, Binus akan dibangun mencontoh bentuk dan desain dari candi-candi yang berada di Malang Raya.

Boto juga menjelaskan bahwa, institut yang akan menempati lahan sekitar 2 Ha mempunyai misi yang sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Betapa tidak, kampus ini dijelaskannya akan menyiapkan para mahasiswanya untuk tak sekedar paham digital namun juga mampu memulai usaha berbasis digital atau start up.

“Kita siapkan anak-anak (mahasiswa) untuk selain paham masalah digital dan mampu menginisiasi usaha. Karena nantinya mereka akan lulus pada revolusi Industri 4.0 ini,” ujarnya.

Dengan hadirnya kampus yang berbasis digital enterpreneurship dan teknologi ini, Boto berharap akan menghasilkan mahasiswa yang mampu memenangkan persaingan di era globalisasi ini.

“Binus komit ya di Malang ini malang raya Jatim Indonesia. Kita berharap (mahasiswa) bisa kontribusi menyiapkan talenta-talenta global dan mampu bersaing dan menang dalam persaingan global,” harapnya.

Kampus Binus sendiri saat ini memiliki enam jurusan. Antara lain teknik informatika, kewirausahaan, ilmu komunikasi, Public Relation, DKV, dan Design Interior. Bahkan akan memulai kuliah di gedung baru kampus utama Binus tersebut.

Tak mau ketinggalan, Wakil Bupati Malang HM Sanusi yang turut hadir dalam acara tersebut juga senang dengan kehadiran Binus di Kabupaten Malang. Dia berharap kehadiran Binus juga mampu mengangkat potensi di Kabupaten Malang. (Bob/HAM)

Siap-Siap! September Ini Kampus Binus Utama Akan Hadir di Malang

 

Media Coverage : Binus Malang Andalkan Program Digital Technopreneur

$
0
0

 

SURYAMALANG.COM, PAKIS – Institut Teknologi Kreatif (ITK) Bina Nusantara (Binus) Malang mengandalkan program digital technopreneur.

Dua hal itu, kewirausahaan dan digital bisa digabungkan sehingga bisa berproses dimanapun.

Hal itu disampaikan oleh Rektor Binus Malang, Dr Boto Simatupang di media gathering, Rabu (20/2/2019).

 

“Ini yang menjadi ciri khas Binus Malang,” jelasnya kepada SURYAMALANG.COM.

Dikatakan program itu bisa dilaksanakan pada prodi yang di Binus. Seperti Desain Komunikasi Visual (DKV), PR, Desain Interior.

Untuk itu nanti PTS ini menyediakan lab. Selain itu juga ada program mahasiswa Binus Malang yang telah menjalankan kuliah dua tahun bisa ikut kuliah satu tahun di Binus Jakarta atau Bandung.

Selanjutnya akan magang di perusahaan selama dua semester sebagai pengayaan materi.

“Untuk program magangnya nanti kami yang mencarikan tempatnya,” jelas Boto.

Mobilisasi Malang, Jakarta atau Bandung harus siap dilaksanakan mahasiswa Malang.

Begitu juga sebaliknya mahasiswa Binus dari tempat lain bisa melakukan itu.

Kampus utama Binus Malang di kawasan Araya Mansion, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Pada 20 Februari 2019 telah dilakukan topping off dan akan melaksanakan grand launching pada September 2019 dengan dimulainya perkuliahan.

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Binus Malang Andalkan Program Digital Technopreneur, http://suryamalang.tribunnews.com/2019/02/20/binus-malang-andalkan-program-digital-technopreneur.
Penulis: Sylvianita Widyawati
Editor: Zainuddin

Viewing all 286 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>